*SANG PENGANTAR*

Monday, September 08, 2008

Same Shirt

















Photo Kiri: Daffa, Sang Kakak, tahun 2004. Umur kira2 1,5 tahun tapi blom bisa jalan. senengnya maen sepeda roda tiga, plus ngebut kalo ngerangkak.
Photo Kanan: Ozza, Sang Adik, tahun 2008. Umur baru 10 bulan. Blom bisa jalan juga, tapi gak bisa diem. Senengnya maen di tempat tidur sambil tepuk tangan atau maen mobil-mobilan.

Perhatikan kaos yang dipake, itu kaos yang bener2 sama... kaos turunan. Secara gak sengaja, neneknya di bandung bongkar2 tas peninggalan daffa ternyata masih banyak baju yang layak pakai. Akhirnya diturunin ke adeknya, secara menghemat juga....
Yang buat takjub, ternyata baju kakaknya ini pas di adeknya... padahal ada perbedaan umur pas dipake. Daffa pas make umur 1,5 tahun, adeknya cuma 10 bulan.... yg beda di lehernya aja yang agak longgar. tapi panjang baju n tangan cukup di adeknya.
Ya setidaknya kaos ini jadi ukuran perkembangan Ozza dibanding Daffa.

Thursday, September 27, 2007

Tak Berubah

Memang susah, kl bicara masalah transportasi di negara ini. Yang namanya transportasi umum, pasti gak ada yang beres.... punya siapapun, swasta apalagi pemerintah. Entah dengan alasan keuangan yang terus merugi, ataupun dengan alasan bahan bakar yang selalu naik... dijadikan kesempatan agar dapat kenaikan tarif.

Salah satu yang jadi sorotan, pastilak kereta api (termasuk KRL).... Alat angkut yang satu ini bisa mengangkut seribu orang, bahkan lebih, sekali jalan... sayangnya, saat ini mode transportasi ini mulai dibayangi masalah2 yang cukup serius.

Aku yang menjadi pengguna KRL, tidak melihat ada keseriusan baik PTKA maupun Pemerintah dalam merapihkan alat transportasi ini. Padahal kalau saja bisa rapih, maka jalan raya akan terhindar dari kemacetan... tidak perlu namanya busway..... dan yang penting roda perekonomian akan bergulir lebih kencang.

Tuesday, October 31, 2006

Dilema Dalam Gerbong

KRL memang benar2 angkutan rakyat, tua muda, miskin kaya, jelek cantik... semuanya ada di dalam gerbong. Bahkan terkadang tidak hanya manusia saja yang ada, furniture (bangku bambu, lemari, sampai tangga) sampai hewan pun ada (yang baru aku lihat sih baru ayam dan kambing). Jadi ya maklum saja kalau naek krl....

Cuma saking merasa "memiliki" banyak juga para penumpang tak berkarcis, dan kita tidak bisa menduganya. Ada yang berpakaian lusuh tapi punya karcis, dan ada juga yang sudah berdandan manis ternyata hanya memberikan seribu rupiah ketika sang kondektur menagih. Jadi di dalam gerbong pun kita tidak bisa menuduh bahwa yang kumal pasti tidak punya karcis... belum tentu. Yang pasti kl kita sedang duduk dan menemukan orang2 seperti itu kita masih bisa cuek....

Nah, dilema akan muncul pada saat di depan kita ada nenek2 yang berdiri (atau orang tua lah, yang kita anggap sudah lemah) dan kita tahu serta paham bahwa beliau neh tidak pernah punya karcis. Bukan karena tidak ada uang, tapi memang kebiasaan. Nah bagaimana tindakan kita? Sebagai manusia yang sosial (apalagi taat beragama) tentu kita ingin sekali memberikan kesempatan sang nenek tersebut duduk. Biar tidak ada karma yang menghukum, begitulah kira2 yang ada dalam pikiran kita. Tapi ketika kita tahu bahwa si nenek yang tidak pernah beli karcis ini duduk, padahal masih ada orang2 yang "agak butuh" tapi membeli karcis.... akankah kita memberikan duduk? Biar bagaimanapun tidak membeli karcis adalah salah, ditambah lagi menyogok kondektur dengan seribuan.... Hemm, dilema kan!

Ingat cerita/kuis ttg suatu desa yang kebanjiran dimana tersisa 3 orang yang harus ditolong oleh kita. Ketiga2nya tidak bisa berenang dan sudah tidak mampu lagi bertahan... telat sedikit mereka akan meninggal. Sedangkan regu penolong cuma diri kita sendiri, tidak bisa menunggu bantuan datang. Suasana bertambah ekstrim karena tidak ada alat/benda yang bisa dijadikan alat pertolongan. Artinya kita harus memilih di antara ketiga korban tersebut untuk diselamatkan. Ketiga korban tersebut adalah pemuka agama yang terlihat oleh kita kebaikannya (sholeh lah kl kata orang islam), seorang kakek yang sudah tidak punya tenaga, dan yang terakhir seorang pelacur yang tidak bisa berenang. Nah, mana yang anda akan pilih untuk diselamatkan?

Nah kasus dalam cerita tersebut dapat disamakan ketika dilema dengan sang nenek terjadi. Pilihan ada di dalam kita, dan masing2 tidak bisa saling menyalahkan selama alasan yang kita ambil memang dari dalam diri... bukan ikut2an orang lain. Anda memberikan tempat duduk anda kepada nenek itu, silahkan karena kita sebagai manusia juga punya jiwa sosial: ingin menolong yang lemah. Anda tetap duduk karena berkarcis atau memberikan kepada orang lain yang berkarcis juga, silahkan... tidak ada larangan. Prinsipnya anda ingin aturan dahulu yang ditegakkan... bukan karena anda sedang mengalami kesempitan, maka anda bisa mendapatkan keringanan. Tunaikan kewajiban dahulu, baru kita bisa meminta hak....

Jadi... semua ada di dalam hati anda. Bijaksanalah... Tidak ada tindakan salah bila kasus ini terjadi dalam diri anda.

Labels:

Thursday, October 12, 2006

Triks Dapat Tempat Duduk

Selama menggunakan KRL, baik ekonomi (eko) maupun ekspress (eks), ternyata banyak hal yang bisa diperhatikan. Awalnya mungkin kita tidak terlalu perhatikan, dan menganggap hanya sebagai satu peristiwa biasa saja. Tapi setelah kita menemukan beberapa kali kasus yang serupa, akhirnya kita mengerti bahwa itu memang kebiasaan yang sudah menjadi "metode" mereka.

Salah satunya adalah cara mendapatkan tempat duduk. Bila anda menaiki krl yang sudah penuh tempat duduknya, jangan asal naik saja. Perhatikan secara seksama secara selintas, posisi yang bisa anda ambil untuk berdiri. Pertama, cari tempat yang agak kosong. kl tidak ada, cari tempat yang renggang di antara lelaki, di sana anda bisa mengatakan "permisi" lalu maju ke depan agar bisa berdiri dekat tempat duduk. Kedua, apabila anda melihat kesempatan, yaiut adanya sisa tempat duduk (walau nyempil), minta izinlah untuk duduk di sempilan tersebut. Apalagi kl penumpang yang duduk adalah laki-laki, beranikan diri saja.

Nah, itu sudah merupakan triks awal mendapatkan tempat duduk. Langkah selanjutnya adalah sering-sering menggoyangkan pantat anda yang sudah duduk itu ke arah senderan, dengan demikian semakin lebar posisi duduk anda. Biasanya, kl yang duduk di samping anda laki-laki, mereka akan bergantian duduk (tapi jangan mengharap ya, banyak juga yang kuat duduk soalnya). Nah, bila kesempatan itu ada, segera mundurkan pantat anda ke arah senderan sehingga anda akan lebih nyaman duduknya. Akhirnya, tempat duduk itu anda kuasai.

Awalnya aku melihat biasa saja, tetapi setelah mengamati beberapa ibu-ibu melakukan hal ini, aku semakin yakin ini benar-benar triks yang dilakukan agar dapat tempat duduk. Akhirnya, aku cuma bisa bilang.... selamat mengikuti, kl urat malu anda sudah putus.

Labels:

Wednesday, October 11, 2006

Mukadimah

Setelah lama tidak ber-blog ria, ada rasa yang kurang. Walau tidak setiap hari, ternyata memang mem-blog setidaknya melepaskan rasa penat di hati yang tertahankan. Apalagi kl anda sebagai pembaca juga memberikan komentar, baik mendukung atau tidak.

Blog yang aku buat baru ini hanya dikhususkan tentang perjalananku pulang pergi menggunakan kereta, tidak terbatas hanya dengan krl saja. Tapi mungkin nanati ada selipan, moda angkutan lainnya seperti bis, pesawat atau kapal laut (yang ini aku belum pernah gunakan untuk pergi-pergi jauh).

Oke, selamat membaca deh... semoga ada manfaatnya.